Selasa, 10 Januari 2017

Terkuaknya Situs Lembu Peteng Karangkates



SITUS “LEMBU PETENG”
DESA KARANGKATES-KECAMATAN SUMBERPUCUNG-KABUPATEN MALANG

Lembu Peteng adalah sebuah kawasan terletak di Desa Karangkates , Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang . Kawasan tersebut berupa hamparan lahan pertanian yang cukup luas. Pada areal kawasan Lembupeteng terdapat satu lokasi yang disakralkan masyarakat, yaitu Brak atau bangunan Joglo tempat kegiatan Sadranan dan kelompok Tani, benda purbakala Lumpang batu dan pohon Beringin, sebuah sumber air yang disebut Pacet. Sebuah perkampungan warga bernama “Purworejo”. Dan yang terakhir adalah situs seni budaya berupa pesta panen yang diselenggarakan tiap tahun dalam bentuk : Barikan dan Tanda’an yang dihadiri oleh para pejabat sampai rakyat/petani.
Di mata masyarakat Sumberpucung Kawasan Lembu Peteng merupakan kawasan yang misterius. Kepala Desa Karangkates telah cukup lama berusaha menggali sejarah kemisteriusan Lembu Peteng dan hasilnya adalah sebagai berikut :
·         Nama Lembu Peteng berasal dari kata Lumbu Peteng, yaitu bermula adanya tanaman Lumbu yang tumbuh di bawah pohon Beringin yang sangat rindang hingga nampak gelap Peteng, sehingga kawasan itu disebut Lumbu Peteng. Namun lama kelamaan masyarakat menyebut Lembu Peteng.
·         Konon dulu kala di bawah pohon Beringin itu sangat gelap (Peteng), pada suatu ketika ada Sapi (Lembu) piaraan penduduk yang lepas dan hilang di kegelapan sekitar pohon Beringin itu. sehingga kawasan itu dinamakan “Lembu Peteng”.
Begitulah cara mereka menerka-terka nama kawasan Lembu Peteng yang cukup legendaris itu. terpenggalnya informasi dari sesepuh terdahulu, minimnya bukti sejarah, dan rendahnya pengetahuan sejarah, menjadikan jurus otak, atik, matuk lah yang paling mudah meskipun disadari bahwa faktanya jurus ini banyak menyesatkan sejarah. Namun demikian upaya tersebut patut diapresiasi karena dengan segenap kemampuannya mereka telah berupaya melestarikan situs sejarah dan budaya asli lokal sehingga tidak hilang termakan jaman.
Sebagai mantan Abdi Negara yang lama mengabdi di Kecamatan Sumberpucung, penulis berusaha membantu mengungkap sejarah Kawasan Lembu Peteng semata-mata terdorong keinginan untuk meluruskan sejarah sebagai sumbangsih khususnya kepada masyarakat Sumberpucung dan dunia pendidikan untuk kelestarian sejarah lokal Sumberpucung. Upaya penggalian sejarah diawali dengan membaca buku-buku literatur, cerita yang melegenda, penelusuran sumber informasi yang dapat dipercaya, kemudian mengadakan orientasi medan, selanjutnya menganalisa dengan teliti dan cermat sehingga pada akhirnya misteri tentang Lembu Peteng dapat penulis beberkan dalam 6 (enam) pokok pembahasan , yaitu : (1) Hasil Pengamatan Lapangan, (2) Analisa Situs Lembupeteng di Karangkates menurut Kitab Negarakretagama,(3) Analisa nama Lembu peteng menurut kitab Pararaton, (4), Kisah Lembupeteng antara Legenda dan Sejarah, (5) Analisa Kawasan Lembupeteng berdasarkan perpaduan buku sejarah, legenda dan fakta lapangan, dan yang terakhir adalah,(6) Kesimpulan tentang Kawasan Lembupeteng.
Adapun selengkapnya adalah, sebagai berikut :
1.    Hasil pengamatan lapangan
Terdapat 2 (dua) daerah yang terdapat situs Lembu Peteng, yaitu :
a.    Di Tulungagung : menjadi nama Sungai “Kali Lembu Peteng” dan nama tersebut juga diabadikan menjadi nama Jembatan dan nama Gelanggang Olahraga yang cukup besar.
b.    Di Sumberpucung  : Nama sebuah kawasan pertanian, pohon Beringin, Brak tempat kegiatan petani, Sumber air, seni-budaya, dan perkampungan penduduk bernama “Purworejo”.

2.    Analisa Situs Lembupeteng di Karangkates menurut Kitab Negarakretagama.
             Kawasan Lembu Peteng dengan peninggalan situs bersejarahnya berupa : Lahan pertanian yang luas, Lumpang Batu, brak tempat Bari’an dan Tanda’an, Pohon beringin, budaya Bari’an dan Tandaan dalam pesta panen yang diadakan setiap tahun, amat sesuai dengan ciri-ciri tempat tinggal pembesar Majapahit. Dengan penjelasan sebagai berikut :
-       Lumpang Batu            : Adalah tempat pengolahan hasil bumi (padi/Jagung).
-       Pohon Beringin: Tanda kebesaran pada rumah pejabat kerajaan.
-       Brak/Latar        : Tempat kegiatan barian/Tanda’an.
-       Persawahan    : Lahan pertanian yang luas (wujud kesejahteraan pembesar kerajaan).     
Hal ini kiranya sangat identik dengan Negarakretagama pupuh 88 bagian ke 2 dan 3 sebagai berikut : “Berkatalah Sri nata Wengker di hadapan para pembesar dan wadana: “Wahai, tunjukkan cinta serta setya baktimu kepada Baginda raja, Cintailah rakyat bawahanmu dan berusahalah memajukan dusunmu, Jembatan, jalan raya, beringin, bangunan dan candi supaya dibina. Terutama dataran tinggi dan sawah, agar tetap subur, peliharalah,”
-       Tandaan          : Adalah jenis seni-budaya yang lazim diadakan oleh pembesar kerajaan Majapahit.
Dalam Negarakretagama pupuh 91 bagian 1, disebutkan : “Pembesar daerah ingin membadut dengan para lurah, Diikuti lagu, sambil bertandak memilih pasangan, Solah tingkahnya menarik gelak, menggelikan pandangan,”.
             Dari fakta yang ditemukan di kawasan Lembupeteng bila dipadukan dengan uraian yang tersurat di dalam kitab Negarakretagama terdapat kesesuaian bahwa kawasan Lembupeteng Karangkates menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat pembesar Majapahit. 

3.    Analisa nama Lembu peteng menurut Kitab Pararaton
             Lembu Peteng adalah salah seorang pahlawan pejuang Kerajaan Majapahit, anak dari Arya Wiraraja Adipati Sumenep yang banyak jasanya dalam awal pendirian Kerajaan Majapahit. “(anak Wiraraja yang bernama Nambi, Peteng (yang dimaksud adalah Lembu Peteng) dan Wirot (yang dimaksud adalah Wirot Made), semua prajurit baik, melawan tentara Daha di bagian utara itu, dikejar diburu oleh Raden Wijaya”.(Pararaton bagian 5 ).
             Bersama Gajahmada dan kawan-kawan, Lembu Peteng ikut berjuang memadamkan berbagai pemberontakan di Majapahit. Atas jasa-jasanya Lembu Peteng diangkat menjadi Tumenggung. Dalam kitab Pararaton bagian 9 disebutkan : “  Tindakan Unsur Lihat Daging, atau: 1256. (1334 M). Setelah Kembar kembali dari Sadeng, lalu menjadi bekel araman, Gajah Mada menjadi Angabehi, Jaran Baya, Jalu, Demang Bucang, Gagak Nunge, Jenar dan Arya Rahu mendapat pangkat, Lembu Peteng menjadi Tumenggung.”

4.    Kisah Lembupeteng antara Legenda dan Sejarah.
             Dalam babat Tulungagung dikisahkan bahwa Lembupeteng adalah seorang Pangeran dari Majapahit yang sedang berguru kepada Kyai Pacet seorang guru olah kanuragan yang mumpuni di dukuh Bonorowo, dekat Campurdarat Tulungagung. Kyai Pacet mengajarkan ilmu Joyokawijayan, mempunyai murid-murid pilihan diantaranya :
1). Pangeran Kalang dari Tanggulangin.
2). Pangeran Bedalem dari Kadipaten Betak Tulungagung.
3). Menak Sopal dari Kadipaten Trenggalek.
4). Kyai Kasanbesari Tua-Tua dukuh Tunggulturus Tulungagung.
5). Kyai Singorataruno dari dukuh Plosokandang.
6). Kayi Sendang Gumuling dari desa Bono.
7). Pangeran Lembu Peteng putra Majapahit (termasuk murid baru).

             Dalam suatu pertemuan dengan murid-muridnya, kyai Pacet menyindir adanya murid yang membuka perguruan tetapi sayang tanpa pamit kepadanya. Seketika salah seorang murid yang merasa berbuat tersebut meninggalkan pertemuan tanpa pamit, mereka adalah kyai Kasan Besari. Selanjutnya Kyai Pacet menyuruh dua orang muridnya yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem untuk menasehati Kyai Kasan Besari agar menyadari diri dan mau kembali ke Bonorowo untuk tetap menjadi murid dari Kyai Pacet. Apa sebab Kyai Pacet menunjuk kedua murid tersebut, karena ia mengerti bahwa Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem dengan diam-diam juga menjadi muridnya Kyai Kasanbesari. Dengan keberangkatan dua orang utusan tersebut maka Kyai Pacet berpesan pada murid-murid lainnya supaya mereka mau tetap di Bonorowo untuk melanjutkan pelajarannya.
             Kyai Kasanbesari yang tersinggung dan masih dalam keadaan marah terhadap gurunya. Kedatangan dua orang utusan dari Bonorowo yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem malah memanaskan suasana. Dalam pembicaraannya Pangeran Bedalem menyatakan netral tidak akan mencampuri urusan Kyai Kasanbesari dan Kyai Pacet, dan dia terus pulang ke Betak. Sebaliknya Pangeran Kalang malah membakar Kyai Besari untuk diajak berontak dan membunuh gurunya.
             Dalam Suatu Pertempuran Dengan Kyai Pacet, Kyai Kasan besari dan Pangeran Kalang kalah dan berpencar melarikan diri. Berikutnya murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru dengan dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Dari sinilah awal timbulnya permusuhan antara Pangeran Lembu Peteng dengan Pangeran Kalang dan Kyai Kasan Besari.
             Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan teman-temannya dapat berjumpa dengan Kyai Besari dan Pangeran Kalang. Timbullah pertempuran tak seimbang. Dalam pertempuran itu Kyai Besari melarikan diri ke Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar terus oleh Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak. Saat itu puteri Pangeran Bedalem bernama Roro Kembangsore sedang berada di Tamansari. Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang bersembunyi di situ, karena Pangeran Kalang masih pernah pamannya (saudara dari Ayahnya). Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari Pangeran Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro Kembangsore. Puteri Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi disitu. Pangeran Lembu Peteng tertarik akan kecantikan sang putri dan Roro Kembangsore mengimbanginya.
             Ketika kedua merpati tersebut sedang dalam langen asmara, maka Pangeran Kalang yang bersembunyi di tamansari itu dapat mengintip dan mengetahui bagaimana tindakan kemenakannya terhadap Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam Pangeran Kalang masuk ke dalam Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada kakaknya ialah Pangeran Bedalem. Setelah mendengar pelaporan dari adiknya, menjadi marah sekali, terus pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri bersama dengan Roro Kembangsore, tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem. Kyai Besari melanjutkan perjalanannya. Ia berjumpa dengan Pangeran Bedalem yang sedang mengejar Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Bedalem menceritakan tentang peristiwanya dengan Lembu Peteng dan Kyai Besari bersedia membantunya. Keduanya segera pergi mencari Pangeran Lembu Peteng yang lari bersama-sama Roro Kembangsore.
             Pada waktu Pangeran Lembu Peteng dan Roro Kembangsore sedang beristirahat di tepi sungai, datanglah Kyai Besari dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat tertangkap dan dibunuhnya. Jenazahnya dibuang ke dalam sungai. Roro Kembangsore dapat meloloskan diri terus lari. Punakawan dari Pangeran Lembu Peteng setelah mengetahui peristiwa terbunuhnya Pangeran yang menjadi momongannya itu memberitahukan kepada Kyai Pacet. Kyai Pacet segera mengirimkan utusan, ialah Adipati Trenggalek dengan diikuti oleh bekas punakawan Pangeran Lembu Peteng untuk mengadakan pelaporan ke Mojopahit. Dalam perjalanannya mereka bertemu dengan Perwira Mojopahit bersama dengan Pangeran Suka yang ketika itu mendapat tugas dari Raja untuk mencari putra yang meninggalkan kerajaan tanpa pamit, ialah Pangeran Lembu Peteng. Adipati Trenggalek menceritakan hal ikhwal tentang terbunuhnya Pangeran Lembu Peteng. Setelah mengerti prosesnya maka Perwira Mojopahit tersebut ingin membuktikan tempat kejadian itu bersama-sama dengan wadyabalanya.
             Meskipun diadakan pengerahan tenaga untuk mencarinya, namun jenazah Pangeran Lembu Peteng tak dapat diketemukan. Sungai dimana jenazah Pangeran Lembu Peteng dibuang oleh Perwira Mojopahit diberi nama Kali Lembu Peteng.

5.    Analisa Kawasan Lembupeteng berdasarkan perpaduan buku sejarah, legenda dan fakta lapangan.
a.    Lembu Peteng adalah merupakan sosok Pangeran Mojopahit, hal ini dapat dibenarkan karena dalam kitab Pararaton juga disebutkan bahwa Pangeran Peteng adalah putra dari Arya Wiraraja adipati Sumenep. Pada masa rajanya R.Wijaya, Arya Wiraraja juga seorang penguasa separo Kerajaan Majapahit bagian timur, meliputi Malang, Pasuruan, Lumajang dan lain-lain.
b.    Pangeran Lembupeteng memperisteri Roro Kembangsore yang cantik jelita puteri Adipati Betak, hal ini juga masuk akal karena Lembu Peteng adalah seorang Pangeran berpangkat Tumenggung, sehingga wajar jika pada masa itu ia beristeri wanita cantik puteri seorang Adipati. Ada derajat/kasta yang setara antara Lembu Peteng dengan Adipati Betak.
c.    Kematian Lembu Peteng karena dibunuh ada benarnya karena sesuai dengan yang tersurat dalam kitab Pararaton bagian  9 sebagai berikut :
 “ Pada waktu itu para menteri sedang lengkap duduk menghadap di balai penghadapan. Kembar memperolok olok Gajah Mada dengan menyebut kesalahan kesalahan dan kekurangan kekurangannya, dan menumpahkan telempak, Ra banyak ikut serta menambah mengemukakan celaan celaan. Jabung Terewes, Lembu Peteng tertawa. lalu Gajah Mada turun mengadukan soal itu kehadapan batara di Koripan, baginda marah, kemarahan dan penghinaan ini disampaikan kepada Arya Tadah. Dosa Kembar telah banyak, Warak dilenyapkan, tak dikatakan pada Kembar, mereka mati semua.
Dengan kata lain Lembu Peteng diduga mati tidak lama setelah menjabat sebagai Tumenggung, kematian Lembu Peteng karena dibunuh secara rahasia oleh Arya Tadah, atau oleh orang-orang suruhan Arya Tadah karena telah mempermalukan Gajahmada saat di dalam balai penghadapan yang dihadiri lengkap para pembesar kerajaan.
d.    Tentang cerita adanya perbuatan tak senonoh Roro Kembangsore dengan Lembu Peteng waktu berada di Tamansari yang oleh Pangeran Talang dan disampaikan kepada Kyai Bedalem (ayah Roro Kebangsore) kemudian terjadi pertempuran antara Kyai Bedalem dengan Lembu peteng, dan Roro Kembangsore bersama Lembupeteng melarikan diri. Cerita ini tampak janggal, yang lebih rasional ialah, antara Lembu Peteng dan Roro Kembangsore saling suka menyukai, dan telah mendapat restu Kyai Bedalem. Sedang segala upaya yang diusahakan oleh orang-orang Arya Tadah adalah membuat fitnah sebagai alasan untuk membunuh Lembu Peteng.

e.    Bukti lain yang patut diperhitungkan adalah adanya nama Sumber Pacet di areal lokasi Lembu Peteng yang sama dengan nama guru Lembu Peteng (kyai Pacet), ada dugaan bahwa sumber tersebut sering dikunjungi kyai Pacet. Sayangnya sumber tersebut kini telah terbenam Waduk Lahor.

f.     Jasad Lembu Peteng dibuang di sebuah sungai dan hingga kini sungai itu disebut Kali Lembu Peteng, hal itu ada benarnya karena Jasad Lembu Peteng tak pernah ditemukan, dan upaya tentara Majapahit mengubeg-ubeg kali tersebut untuk mencari jasad Lembu Peteng merupakan peristiwa luar biasa bagi penduduk sepanjang kali itu, sehingga nama Lembu Peteng melegenda menjadi nama kali tersebut. 
g.    Tradisi Bari’an yang dilakukan turun-temurun oleh warga sekitar Lembu Peteng. Dahulu kala Ki Sapu Jagad (Bupati Malang ke 3) melalui isterinya selalu mandegani acara tradisional Bari’an disini. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada hubungan keluarga dekat antara Lembu Peteng dengan Ki Sapujagat dan merupakan petunjuk bahwa kawasan ini pernah menjadi tempat tinggal Lembu Peteng.

h.    Kampung Purworejo : (Purwo= Kawitan. Rejo=Rame). Dari nama itu dapat diambil intisari maknanya bahwa tempat ini adalah awal ramainya kawasan Sumberpucung. Hal ini dapat dijadikan petunjuk bahwa ramainya tempat ini karena adanya pusat kegiatan pemerintahan Ketemenggungan.

6.    Kesimpulan tentang Kawasan Lembupeteng.
Dari uraian tersebut di atas pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa :
a.    Lembu Peteng adalah seorang Pangeran Majapahit putra Arya Wiraraja.
b.    Lembu Peteng adalah seorang pejabat Kerajaan Majapahit berpangkat Tumenggung;
c.    Kawasan Lembu Peteng yang terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung merupakan pusat pemerintahan Katemenggungan.
d.    Belum begitu lama menjabat Lembu Peteng mati dibunuh secara rahasia oleh orang-orang suruhan Arya Tadah akibat memperolok-olok Gajahmada di hadapan pasamuan yang dihadiri lengkap oleh pembesar kerajaan.
e.    Lembu Peteng mempunyai isteri bernama “Roro Kembangsore”
f.     Jasad Lembu Peteng di buang dikali Tulungagung jasadnya hilang tak diketemukan, dan sungai tempat membuang jasad itu dinamakan Kali Lembupeteng.
g.    Nama Lembu Peteng juga dijadikan nama Gelanggang Olahraga di Tulungagung.
h.    Di masa abad ke 13 kawasan Lembu Peteng merupakan awal ramainya perkampungan di Sumberpucung yang ditandai dengan adanya kampung “Purworejo” bagian Kawasan Lembupeteng, ramainya perkampungan ini karena sebagai Katemenggungan.

7.    Penutup.
             Ketelatenan, ketelitian, kejelian, kecermatan, ketekunan dan kerja keras semata yang pada akhirnya dapat menguak adanya situs Lembu Peteng yang misterius dan Legendaris ini. Penulis berharap dengan terkuaknya Situs Lembu Peteng ini dapat memberi pencerahan kepada segenap masyarakat Sumberpucung khususnya dan dunia pendidikan sejarah lokal pada umumnya, bahwa Kawasan Lembu Peteng adalah bekas Katemenggung, bukan bekas adanya tanaman Lumbu yang tumbu ditempat gelap, atau adanya  Sapi yang hilang di kegelapan rimbunnya pepohanan. Namun penulis tetap berharap bahwa pada suatu ketika ditemukan benda purbakala yang dapat memberikan petunjuk tentang gambaran sejarah Kecamatan Sumberpucung masa lalu.
       Dan bagi warga yang kebetulan menyimpan benda-benda purbakala atau secara tak sengaja menemukannya, sudilah kiranya melaporkannya ke Kepala Desa setempat untuk diteruskan kepada pihak yang berwenang.
       Kiranya demikan uraian penulis tentang Lembu Peteng, semoga bermafaat bagi pengetahuan dan wawasan anda. Bila ada kurang dan lebih mohon dimaafkan.

ooooo000ooooo
line out

v  Meski usia menapak 744 bulan, penyanggah badan tak kuasa menahan beban, namun hati tak hendak duduk berpangku tangan, mengunggah sastra karya sejarah yang terabaikan, tak mengapa berkorban rasa meski ditertawakan.

v  Meski tak semahir pujangga menggubah cerita, canggung tinggal di lorong rumah tua, terdorong cinta bakti kepada karya, berujar lega dapat bertutur cerita langka.

v  Tak jarang datang gundah gulana hati, mendengar ujar tak manis dari jiwa yang tak mengerti, menyentak karsa berkarya teliti, semata demi pengabdian sejati.

v  Bila butuh telah terlaksana, teman karib dan orang budiman meningggalkan pencerita, tanpa rasa tanpa kata, bagai busana beraroma nista, purna pakai lempar ke ....... (terserah anda).

v  Apa guna mengenal ajaran kasih, jika tak diamalkan dengan hati yang jernih, mari berdaya dengan penuh gigih, tekun dalam ibadah sorga diraih.

----------!!!----------

Dikutib dari berbagai sumber.
Dirangkum, diulas dan dianalisa secara Logis/rasional/cermat oleh :
Denmbahbei, awal Januari 2017  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar