Rabu, 16 November 2016

PROFESI DALANG TERNYATA "NYOLONG PETHEK"



SEJARAH DALANG WAYANG KULIT ASAL DESA SAMBIGEDE 

Desa Sambigede terletak di Wilayah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Dengan batas-batas :
Sebelah utara           : Desa Ngebruk
Sebelah Timur          : Desa Senggreng
Sebelah Selatan: Kali Brantas
Sebelah Barat          : Desa Jatiguwi        
             
Desa Sambigede merupakan desa yang banyak dihuni oleh seniman/seniwati Jawa, terbukti di desa ini terdapat Sanggar-Sanggar seni antara lain : Sanggar Karawitan, sanggar Tari Jawa, Sanggar Pasinaon Pedalangan dan Waranggono. Yang kita sajikan kali ini adalah sejarah perkembangan Dalang Wayang Kulit di Desa Sambigede.  
Seni pedalangan dalam Pagelaran Wayang Kulit adalah warisan seni budaya bangsa Indonesia yang Adi Luhung yang harus kita lestarikan karena “Seni Budaya, menunjukan jati diri bangsa”. Seni Pagelaran Wayang Kulit merupakan warisan dunia yang hanya ada di Indonesia. Dalam sejarahnya pagelaran Wayang Kulit yang mempunyai nilai filsafat yang tinggi ini pernah dipergunakan oleh para wali untuk sarana menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dan itu terbukti berhasil. Adanya karakter Punokawan, limbuk-cangik dan Jimat Kalimosodo, adalah cerita carangan yang dikembangkan oleh para wali untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam di kala itu.
Setiap pagelaran Wayang Kulit tak kan lepas dari adanya dalang yang memainkan Wayang. Bagus tidaknya kualitas pagelaran Wayang Kulit sebagai tontonan sekaligus juga tuntunan, tak terlepas dari peran sang Dalang. Posisi Dalang Wayang Kulit mempunyai tempat yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya seni Pagelaran Wayang Kulit. Tetapi sangat dicemaskan, menurut data bahwa populasi Dalang Wayang Kulit di Jawa Timur dalam sepuluh tahun terakhir ini stagnan berada pada angka 1600 dalang (sumber data: Pepadi Jawa Timur). Sedangkan kaderisasi profesi Dalang berjalan sangat lambat, bahkan cenderung berkurang. 
SEJARAH PERKEMBANGAN DALANG WAYANG KULIT DI DESA SAMBIGEDE
Dalang  Wayang Kulit di Desa Sambigede yang pertama kalinya adalah Pak Gondo, kiprah pedalangan pak Gondo berkisar tahun 1940-an, selanjutnya P.Gondo mendidik anaknya yang bernama Pak Tulin sebagai penerus profesi Pedalangannya, Pak Tulin Berkiprah di Pedalangan antara tahun 1950-an. Selanjutnya kiprah Pedalangan menurun ke Pak Buwono Bucal yang berkiprah  cukup lama yaitu antara tahun 1953-an sampai tahun 1992. Pak Buwono Bucal mendapat ketrampilan mendalang diperoleh dari berguru ke P.Paimin (dalang Gunung Kawi). Untuk mempercepat ketrampilan dan ketenarannya ia bekerjasama dengan dalang yang sudah banyak dikenal orang, yaitu P.Takim. 

                                         Alm. Pak Buwono Bucaldan isteri

Pak Buwono Bucal mendidik anaknya yang bernama Samuji untuk menjadi penerus kariernya sebagai Dalang Wayang Kulit. Dalang muda Samuji berjuluk Ki Gito Samuji, ia cukup berhasil dalam kiprah pedalangannya, terbukti dalam festifal Dalang di Malang raya pada tahun 1974 kala itu ia masih berusia 16 tahun, ia menduduki tempat terbaik mengalahkan para seniornya. Karena ketenarannya, pada tahun 2003 ia dipercaya rakyat Desa Sambigede menjadi Perangkat Desa sebagai Kepala Dusun (Kamituwo). Di samping sebagai seorang Dalang, ia juga berprofesi sebagai Kamituwo. Pada tahun 2013 ia terpilih menjadi Kepala Desa Sambigede. Selanjutnya dalam profesi perdalangannya ia merubah julukannya dari Ki Gito Samuji menjadi Ki Samuji Sastro Bawono. Ki  Samuji Sastro Bawono berkiprah dalam perdalangan dari tahun 1980-an sampai sekarang.
Pada tahun 1980-an, ki Samuji mengkader adiknya yang terkecil bernama Muktiono untuk dididik menjadi dalang. Dan berhasil, ketenarannya melebihi kakaknya. Ia berjuluk Ki Gondo Buwono atau biasa dipaggil Nggotho. Melihat keberhasilan Nggotho, kakak Nggotho yang bernama Sumadi akhirnya juga tertarik untuk belajar seni Pedalangan. 1995 Sumadi belajar dari Nggotho adiknya, dan berhasil. Kini Sumadi mencapai ketenaran. Dalam perdalangan ia berjuluk Ki Martak Harsono.
Dan dari desa Sambigede kini muncul Dalang 3 (tiga) bersaudara, yaitu : Ki Samuji Sastro Bawono, Ki Sumadi Martak harsono, dan Ki Mukti Gondo Buwono, yang berkiprah sampai saat ini. Dalam pagelaran di samping berkiprah secara solo karier (sendiri-sendiri), tidak jarang mereka berkiprah bersamaan dalam satu Pagelaran (Dalang tiga bersaudara kakak beradik). Hal ini menjadi unggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh dalang yang lain di Indonesia. Adakah anda penasaran ingin melihat "Pagelaran Wayang Kulit Tiga Bersaudara ? Datang saja ke Sambigede, karena di samping Pedalangan masih banyak unggulan kearifan tradisional lokal yang akan anda temui.        
Kesimpulannya adalah bahwa proses kadersasi Dalang di Sambigede adalah dengan sistem magang.
Tiga dalang bersaudara tersebut juga siap menerima siswa magang.Jika berminat hubungi 081334141168 (Samuji Sastro Bawono)
  
PROFESI DALANG DALAM KEUNGGULAN SOSIAL EKONOMI  "TAK DISANGKA" (Nyolong Pethek)
Banyak orang tak menyangka bahwa profesi seorang Dalang Wayang Kulit memiliki status sosial yang terpandang tiada tara. Berikut ini alasannya : 
1. Keunggulan dalam Status Sosial.
Dari pengamatan di lapangan dan berdasarkan keterangan dari Ki  Samuji, bahwa di mata masyarakat jawa dan atau penggemar seni-budaya,  seorang Dalang Wayang Kulit mepunyai kedudukan sosial yang cukup dihormati dan disegani di kalangan masyarakat, hal ini terjadi karena seorang Dalang yang baik, pada umumnya memiliki pengetahuan Kebudayaan Jawa, ilmu kepemimpinan ala jawa, ilmu kanuragan (Ilmu Kejawen) yang mumpuni, bekal pengetahuan dan potensi yang dimiliki itu sebagai modal dalam pelaksanaan mendalang pada Pagelaran Wayang Kulit. Masyarakat jawa menilai bahwa seseorang yang berprofesi sebagai seorang Dalang adalah sosok yang dituakan, oleh karena itu mereka sangat disegani dan dihormati.
Sebagai konsekuensi dari status sosial yang disandangnya itu, seorang dalang harus terus-menerus dan mampu menjaga martabat kepribadiannya, dan dapat memberi keteladanan yang baik. Dalam pertunjukan Wayang Kulit, seorang dalang harus bisa menyajikan tontonan yang menghibur, sekaligus memberikan tuntunan yang baik kepada penonton tentang hubungan manusia dengan penciptanya, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan antar sesama manusia.
2. Keunggulan Ekonomi
2.1. Pendapatan seorang dalang.
Pendapatan ekonomi seorang Dalang ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata. Dari pengamatan penulis, dalam satu pagelaran pada umumnya seorang dalang memperoleh hasil bersih + 25 % dari nilai kontrak satu pagelaran. Sisanya untuk biaya : ( Sewa perangkat alat peraga, Sinden, Yogo, dan lain-lain). dalam hal ini apabila nilai kontrak pagelaran sebesar Rp.15 juta, maka si Dalang memperoleh honor bersih + .Rp.3 juta (sekali pagelaran honor yang diterima kira-kira setara dengan satu bulan gaji PNS golongan II). Itu hanya sekali  pertunjukan. Lalu bagaimana kalau harga kontraknya lebih dari itu, jumlah job pertunjukannya banyak ? Anda dapat membayangkan / menghitung sendiri. Pada hal seorang dalang yang cukup terkenal tarif sekali Pagelaran bisa mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah, dan jumlah job pertunjukan dalam satu bulan rata-rata 20 kali pertunjukan. Wow..., suatu jumlah pendapatan yang lumayan besar.
2.2. Peluang Pasar Pertunjukan Wayang Kulit
Pada diri seorang dalang pemula, pada umumnya dihantui oleh sepinya job pertunjukan. Pesimis semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi, karena hal ini dapat menghambat laju perkembangan populasi Dalang. Seorang dalang juga harus memiliki strategi pemasaran yang baik, bisa membaca peluang pasar, ini demi kelangsungan hidup dan kelestarian seni-budaya yang adi luhung ini, juga menghidupi seniman-seniwati dan profesi lain yang terkait dengan pagelaran Wayang Kulit, misalnya Panjak, Sinden, Pelawak, pemilik gamelan, pemilik perangkat wayang kulit, pemlik sound sistem, dan lain-lain. Dalam hal pangsa pasar, misalnya apabila kita cermati bahwa hampir semua desa di Kabupaten Malang setiap tahunnya selalu menyelenggarakan Bersih Desa, dan dalam setiap kegiatan Bersih Desa pada umumnya selalu mengadakan Pagelaran wayang Kulit. Sedangkan jumlah desa di Kabupaten Malang ada 400 lebih. Hal ini berarti di Kabupaten Malang saja terdapat 400-an potensi peluang pasar, belum lagi kalau se Jawa Timur, belum lagi perseorangan yang menyelenggarakan pesta hajatan dengan pertunjukan wayang kulit. Sehingga sebetulnya peluang pasar itu cukup melimpah. Untuk menjaring peluang pasar itulah yang harus diupayakan sedemikian rupa, misalnya dengan membangun kerjasama dengan dalang yang sudah terkenal dan banyak job. Dalam hal ini menggunakan teori gelas, sebuah gelas yang sudah penuh berisi air apabila diisi air lagi tentu akan tumpah, tampunglah tumpahan itu. Selain cara itu tentu masih banyak cara lainnya, cobalah jangan lelah menggali cara pemasaran sampai menemukan cara yang jitu. 
3. Dampak dari keunggulan status sosial dan ekonomi seorang Dalang
Status sosial dan ekonomi seorang dalang yang cukup terkenal sudah tidak diragukan akan menumbuhkan kewibawaan dan kepercayaan di mata masyarakat yang mengenalnya, tak heran bahwa seorang yang berprofesi Dalang, banyak dipercaya masyarakat untuk menduduki jabatan publik, baik dari tingkat desa (Perangkat Desa/Kepala Desa), Bupati (Ki Entus), anggota DPR, sampai Gubernur (dalam hal ini Wagub Jatim Ki Sunaryo), bahkan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti akan ada seorang dalang yang menjadi Presiden. Hal ini tak lain karena profesi seorang Dalang yang di samping bisa disebut seorang artis, juga dapat menjadi sesepuh masyarakat karena dalam olah pertunjukan Pagelaran Wayang Kulit selalu memberikan wejangan tentang hakekat kehidupan sebagai titah manusia yang dilontarkan melalui tokoh-tokoh pewayangan.
TERNYATA PROFESI DALANG ITU " NYOLONG PETHEK"
Denmbhabei, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar