SEJARAH DALANG WAYANG
KULIT ASAL DESA SAMBIGEDE
Desa
Sambigede terletak di Wilayah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang,
Propinsi Jawa Timur. Dengan batas-batas :
Sebelah utara : Desa Ngebruk
Sebelah Timur : Desa Senggreng
Sebelah Selatan: Kali Brantas
Sebelah Barat : Desa Jatiguwi
Desa
Sambigede merupakan desa yang banyak dihuni oleh seniman/seniwati Jawa,
terbukti di desa ini terdapat Sanggar-Sanggar seni antara lain : Sanggar
Karawitan, sanggar Tari Jawa, Sanggar Pasinaon Pedalangan dan Waranggono. Yang
kita sajikan kali ini adalah sejarah perkembangan Dalang Wayang Kulit di Desa Sambigede.
Seni
pedalangan dalam Pagelaran Wayang Kulit adalah warisan seni budaya bangsa
Indonesia yang Adi Luhung yang harus kita lestarikan karena “Seni Budaya,
menunjukan jati diri bangsa”. Seni Pagelaran Wayang Kulit merupakan warisan
dunia yang hanya ada di Indonesia. Dalam sejarahnya pagelaran Wayang Kulit yang
mempunyai nilai filsafat yang tinggi ini pernah dipergunakan oleh para wali
untuk sarana menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dan itu terbukti berhasil.
Adanya karakter Punokawan, limbuk-cangik dan Jimat Kalimosodo, adalah cerita
carangan yang dikembangkan oleh para wali untuk berdakwah menyebarkan ajaran
Islam di kala itu.
Setiap
pagelaran Wayang Kulit tak kan lepas dari adanya dalang yang memainkan Wayang.
Bagus tidaknya kualitas pagelaran Wayang Kulit sebagai tontonan sekaligus juga
tuntunan, tak terlepas dari peran sang Dalang. Posisi Dalang Wayang Kulit
mempunyai tempat yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya seni Pagelaran
Wayang Kulit. Tetapi sangat dicemaskan, menurut data bahwa populasi Dalang
Wayang Kulit di Jawa Timur dalam sepuluh tahun terakhir ini stagnan berada pada
angka 1600 dalang (sumber data: Pepadi Jawa Timur). Sedangkan kaderisasi
profesi Dalang berjalan sangat lambat, bahkan cenderung berkurang.
SEJARAH
PERKEMBANGAN DALANG WAYANG KULIT DI DESA SAMBIGEDE
Dalang Wayang Kulit di Desa Sambigede yang pertama
kalinya adalah Pak Gondo, kiprah pedalangan pak Gondo
berkisar tahun 1940-an, selanjutnya P.Gondo mendidik anaknya yang bernama Pak Tulin sebagai penerus profesi
Pedalangannya, Pak Tulin Berkiprah di Pedalangan antara tahun 1950-an.
Selanjutnya kiprah Pedalangan menurun ke Pak
Buwono Bucal yang berkiprah cukup
lama yaitu antara tahun 1953-an sampai tahun 1992. Pak Buwono Bucal mendapat
ketrampilan mendalang diperoleh dari berguru ke P.Paimin (dalang Gunung Kawi).
Untuk mempercepat ketrampilan dan ketenarannya ia bekerjasama dengan dalang
yang sudah banyak dikenal orang, yaitu P.Takim.
Alm. Pak Buwono Bucaldan isteri
Pak Buwono Bucal mendidik anaknya yang bernama Samuji untuk menjadi penerus kariernya sebagai Dalang Wayang Kulit. Dalang muda Samuji berjuluk Ki Gito Samuji, ia cukup berhasil dalam kiprah pedalangannya, terbukti dalam festifal Dalang di Malang raya pada tahun 1974 kala itu ia masih berusia 16 tahun, ia menduduki tempat terbaik mengalahkan para seniornya. Karena ketenarannya, pada tahun 2003 ia dipercaya rakyat Desa Sambigede menjadi Perangkat Desa sebagai Kepala Dusun (Kamituwo). Di samping sebagai seorang Dalang, ia juga berprofesi sebagai Kamituwo. Pada tahun 2013 ia terpilih menjadi Kepala Desa Sambigede. Selanjutnya dalam profesi perdalangannya ia merubah julukannya dari Ki Gito Samuji menjadi Ki Samuji Sastro Bawono. Ki Samuji Sastro Bawono berkiprah dalam perdalangan dari tahun 1980-an sampai sekarang.
Pak Buwono Bucal mendidik anaknya yang bernama Samuji untuk menjadi penerus kariernya sebagai Dalang Wayang Kulit. Dalang muda Samuji berjuluk Ki Gito Samuji, ia cukup berhasil dalam kiprah pedalangannya, terbukti dalam festifal Dalang di Malang raya pada tahun 1974 kala itu ia masih berusia 16 tahun, ia menduduki tempat terbaik mengalahkan para seniornya. Karena ketenarannya, pada tahun 2003 ia dipercaya rakyat Desa Sambigede menjadi Perangkat Desa sebagai Kepala Dusun (Kamituwo). Di samping sebagai seorang Dalang, ia juga berprofesi sebagai Kamituwo. Pada tahun 2013 ia terpilih menjadi Kepala Desa Sambigede. Selanjutnya dalam profesi perdalangannya ia merubah julukannya dari Ki Gito Samuji menjadi Ki Samuji Sastro Bawono. Ki Samuji Sastro Bawono berkiprah dalam perdalangan dari tahun 1980-an sampai sekarang.
Pada tahun
1980-an, ki Samuji mengkader adiknya yang terkecil bernama Muktiono untuk dididik menjadi dalang. Dan berhasil, ketenarannya
melebihi kakaknya. Ia berjuluk Ki Gondo
Buwono atau biasa dipaggil Nggotho.
Melihat keberhasilan Nggotho, kakak Nggotho yang bernama Sumadi akhirnya juga tertarik untuk belajar seni Pedalangan. 1995
Sumadi belajar dari Nggotho adiknya, dan berhasil. Kini Sumadi mencapai
ketenaran. Dalam perdalangan ia berjuluk Ki
Martak Harsono.
Dan dari
desa Sambigede kini muncul Dalang 3 (tiga) bersaudara, yaitu : Ki Samuji Sastro
Bawono, Ki Sumadi Martak harsono, dan Ki Mukti Gondo Buwono, yang berkiprah
sampai saat ini. Dalam pagelaran di samping berkiprah secara solo karier
(sendiri-sendiri), tidak jarang mereka berkiprah bersamaan dalam satu Pagelaran
(Dalang tiga bersaudara kakak beradik). Hal ini menjadi unggulan tersendiri
yang tidak dimiliki oleh dalang yang lain di Indonesia. Adakah anda penasaran
ingin melihat "Pagelaran Wayang Kulit Tiga Bersaudara ? Datang saja ke
Sambigede, karena di samping Pedalangan masih banyak unggulan kearifan
tradisional lokal yang akan anda temui.
Kesimpulannya
adalah bahwa proses kadersasi Dalang di Sambigede adalah dengan sistem magang.
Tiga dalang
bersaudara tersebut juga siap menerima siswa magang.Jika berminat hubungi 081334141168 (Samuji Sastro Bawono)
PROFESI
DALANG DALAM KEUNGGULAN SOSIAL EKONOMI "TAK DISANGKA" (Nyolong
Pethek)
Banyak orang
tak menyangka bahwa profesi seorang Dalang Wayang Kulit memiliki status sosial
yang terpandang tiada tara. Berikut ini alasannya :
1.
Keunggulan dalam Status Sosial.
Dari
pengamatan di lapangan dan berdasarkan keterangan dari Ki Samuji, bahwa
di mata masyarakat jawa dan atau penggemar seni-budaya, seorang Dalang
Wayang Kulit mepunyai kedudukan sosial yang cukup dihormati dan disegani di
kalangan masyarakat, hal ini terjadi karena seorang Dalang yang baik, pada
umumnya memiliki pengetahuan Kebudayaan Jawa, ilmu kepemimpinan ala jawa, ilmu
kanuragan (Ilmu Kejawen) yang mumpuni, bekal pengetahuan dan potensi yang
dimiliki itu sebagai modal dalam pelaksanaan mendalang pada Pagelaran Wayang
Kulit. Masyarakat jawa menilai bahwa seseorang yang berprofesi sebagai seorang
Dalang adalah sosok yang dituakan, oleh karena itu mereka sangat disegani dan
dihormati.
Sebagai
konsekuensi dari status sosial yang disandangnya itu, seorang dalang harus
terus-menerus dan mampu menjaga martabat kepribadiannya, dan dapat memberi
keteladanan yang baik. Dalam pertunjukan Wayang Kulit, seorang dalang harus
bisa menyajikan tontonan yang menghibur, sekaligus memberikan tuntunan yang
baik kepada penonton tentang hubungan manusia dengan penciptanya, hubungan
manusia dengan alam, dan hubungan antar sesama manusia.
2.
Keunggulan Ekonomi
2.1. Pendapatan
seorang dalang.
Pendapatan
ekonomi seorang Dalang ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata. Dari
pengamatan penulis, dalam satu pagelaran pada umumnya seorang dalang memperoleh
hasil bersih + 25 % dari nilai kontrak satu pagelaran. Sisanya untuk
biaya : ( Sewa perangkat alat peraga, Sinden, Yogo, dan lain-lain). dalam hal
ini apabila nilai kontrak pagelaran sebesar Rp.15 juta, maka si Dalang
memperoleh honor bersih + .Rp.3 juta (sekali pagelaran honor yang
diterima kira-kira setara dengan satu bulan gaji PNS golongan II). Itu hanya
sekali pertunjukan. Lalu bagaimana kalau harga kontraknya lebih dari itu,
jumlah job pertunjukannya banyak ? Anda dapat membayangkan / menghitung
sendiri. Pada hal seorang dalang yang cukup terkenal tarif sekali Pagelaran
bisa mencapai puluhan sampai ratusan juta rupiah, dan jumlah job pertunjukan
dalam satu bulan rata-rata 20 kali pertunjukan. Wow..., suatu jumlah
pendapatan yang lumayan besar.
2.2. Peluang
Pasar Pertunjukan Wayang Kulit
Pada diri
seorang dalang pemula, pada umumnya dihantui oleh sepinya job pertunjukan.
Pesimis semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi, karena hal ini dapat
menghambat laju perkembangan populasi Dalang. Seorang dalang juga harus
memiliki strategi pemasaran yang baik, bisa membaca peluang pasar, ini demi
kelangsungan hidup dan kelestarian seni-budaya yang adi luhung ini, juga
menghidupi seniman-seniwati dan profesi lain yang terkait dengan pagelaran
Wayang Kulit, misalnya Panjak, Sinden, Pelawak, pemilik gamelan, pemilik
perangkat wayang kulit, pemlik sound sistem, dan lain-lain. Dalam hal pangsa
pasar, misalnya apabila kita cermati bahwa hampir semua desa di Kabupaten
Malang setiap tahunnya selalu menyelenggarakan Bersih Desa, dan dalam setiap
kegiatan Bersih Desa pada umumnya selalu mengadakan Pagelaran wayang Kulit.
Sedangkan jumlah desa di Kabupaten Malang ada 400 lebih. Hal ini berarti di
Kabupaten Malang saja terdapat 400-an potensi peluang pasar, belum lagi kalau
se Jawa Timur, belum lagi perseorangan yang menyelenggarakan pesta hajatan
dengan pertunjukan wayang kulit. Sehingga sebetulnya peluang pasar itu cukup
melimpah. Untuk menjaring peluang pasar itulah yang harus diupayakan sedemikian
rupa, misalnya dengan membangun kerjasama dengan dalang yang sudah terkenal dan
banyak job. Dalam hal ini menggunakan teori gelas, sebuah gelas yang
sudah penuh berisi air apabila diisi air lagi tentu akan tumpah, tampunglah
tumpahan itu. Selain cara itu tentu masih banyak cara lainnya, cobalah jangan
lelah menggali cara pemasaran sampai menemukan cara yang jitu.
3. Dampak
dari keunggulan status sosial dan ekonomi seorang Dalang
Status
sosial dan ekonomi seorang dalang yang cukup terkenal sudah tidak diragukan
akan menumbuhkan kewibawaan dan kepercayaan di mata masyarakat yang
mengenalnya, tak heran bahwa seorang yang berprofesi Dalang, banyak dipercaya
masyarakat untuk menduduki jabatan publik, baik dari tingkat desa (Perangkat
Desa/Kepala Desa), Bupati (Ki Entus), anggota DPR, sampai Gubernur (dalam hal
ini Wagub Jatim Ki Sunaryo), bahkan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti
akan ada seorang dalang yang menjadi Presiden. Hal ini tak lain karena profesi
seorang Dalang yang di samping bisa disebut seorang artis, juga dapat menjadi sesepuh
masyarakat karena dalam olah pertunjukan Pagelaran Wayang Kulit selalu
memberikan wejangan tentang hakekat kehidupan sebagai titah manusia yang
dilontarkan melalui tokoh-tokoh pewayangan.
TERNYATA
PROFESI DALANG ITU " NYOLONG PETHEK"
Denmbhabei,
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar