SITUS
“LEMBU PETENG”
DESA
KARANGKATES-KECAMATAN SUMBERPUCUNG-KABUPATEN MALANG
Lembu
Peteng adalah sebuah kawasan terletak di Desa Karangkates , Kecamatan
Sumberpucung, Kabupaten Malang . Kawasan tersebut berupa hamparan lahan
pertanian yang cukup luas. Pada areal kawasan Lembupeteng terdapat satu lokasi
yang disakralkan masyarakat, yaitu Brak atau bangunan Joglo tempat kegiatan
Sadranan dan kelompok Tani, benda purbakala Lumpang batu dan pohon Beringin,
sebuah sumber air yang disebut Pacet. Sebuah perkampungan warga bernama “Purworejo”.
Dan yang terakhir adalah situs seni budaya berupa pesta panen yang
diselenggarakan tiap tahun dalam bentuk : Barikan dan Tanda’an yang dihadiri
oleh para pejabat sampai rakyat/petani.
Di
mata masyarakat Sumberpucung Kawasan Lembu Peteng merupakan kawasan yang misterius.
Kepala Desa Karangkates telah cukup lama berusaha menggali sejarah
kemisteriusan Lembu Peteng dan hasilnya adalah sebagai berikut :
·
Nama
Lembu Peteng berasal dari kata Lumbu Peteng, yaitu bermula adanya tanaman Lumbu
yang tumbuh di bawah pohon Beringin yang sangat rindang hingga nampak gelap Peteng, sehingga kawasan itu disebut
Lumbu Peteng. Namun lama kelamaan masyarakat menyebut Lembu Peteng.
·
Konon
dulu kala di bawah pohon Beringin itu sangat gelap (Peteng), pada suatu ketika ada Sapi (Lembu) piaraan penduduk yang lepas dan hilang di kegelapan sekitar
pohon Beringin itu. sehingga kawasan itu dinamakan “Lembu Peteng”.
Begitulah
cara mereka menerka-terka nama kawasan Lembu Peteng yang cukup legendaris itu.
terpenggalnya informasi dari sesepuh terdahulu, minimnya bukti sejarah, dan
rendahnya pengetahuan sejarah, menjadikan jurus otak, atik, matuk lah yang paling mudah meskipun
disadari bahwa faktanya jurus ini banyak menyesatkan sejarah. Namun demikian
upaya tersebut patut diapresiasi karena dengan segenap kemampuannya mereka
telah berupaya melestarikan situs sejarah dan budaya asli lokal sehingga tidak
hilang termakan jaman.
Sebagai
mantan Abdi Negara yang lama mengabdi di Kecamatan Sumberpucung, penulis berusaha
membantu mengungkap sejarah Kawasan Lembu Peteng semata-mata terdorong keinginan
untuk meluruskan sejarah sebagai sumbangsih khususnya kepada masyarakat
Sumberpucung dan dunia pendidikan untuk kelestarian sejarah lokal Sumberpucung.
Upaya penggalian sejarah diawali dengan membaca buku-buku literatur, cerita
yang melegenda, penelusuran sumber informasi yang dapat dipercaya, kemudian
mengadakan orientasi medan, selanjutnya menganalisa dengan teliti dan cermat
sehingga pada akhirnya misteri tentang Lembu Peteng dapat penulis beberkan dalam
6 (enam) pokok pembahasan , yaitu : (1) Hasil Pengamatan Lapangan, (2) Analisa
Situs Lembupeteng di Karangkates menurut Kitab Negarakretagama,(3) Analisa nama
Lembu peteng menurut kitab Pararaton, (4), Kisah
Lembupeteng antara Legenda dan Sejarah,
(5) Analisa Kawasan Lembupeteng
berdasarkan perpaduan buku sejarah, legenda dan fakta lapangan, dan yang terakhir adalah,(6) Kesimpulan tentang Kawasan Lembupeteng.
Adapun
selengkapnya adalah, sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan lapangan
Terdapat 2 (dua) daerah yang terdapat
situs Lembu Peteng, yaitu :
a.
Di
Tulungagung : menjadi
nama Sungai “Kali Lembu Peteng” dan nama tersebut juga diabadikan menjadi nama
Jembatan dan nama Gelanggang Olahraga yang cukup besar.
b.
Di
Sumberpucung : Nama sebuah kawasan pertanian, pohon
Beringin, Brak tempat kegiatan petani, Sumber air, seni-budaya, dan perkampungan
penduduk bernama “Purworejo”.
2. Analisa Situs Lembupeteng di
Karangkates menurut Kitab Negarakretagama.
Kawasan
Lembu Peteng dengan peninggalan situs bersejarahnya berupa : Lahan pertanian
yang luas, Lumpang Batu, brak tempat Bari’an dan Tanda’an, Pohon beringin,
budaya Bari’an dan Tandaan dalam pesta panen yang diadakan setiap tahun, amat
sesuai dengan ciri-ciri tempat tinggal pembesar Majapahit. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
-
Lumpang
Batu : Adalah tempat
pengolahan hasil bumi (padi/Jagung).
-
Pohon
Beringin: Tanda kebesaran pada rumah pejabat kerajaan.
-
Brak/Latar
: Tempat kegiatan barian/Tanda’an.
-
Persawahan
: Lahan pertanian yang luas (wujud
kesejahteraan pembesar kerajaan).
Hal
ini kiranya sangat identik dengan Negarakretagama pupuh 88 bagian ke 2 dan 3
sebagai berikut : “Berkatalah Sri nata Wengker di hadapan para pembesar dan
wadana: “Wahai, tunjukkan cinta serta setya baktimu kepada Baginda raja, Cintailah
rakyat bawahanmu dan berusahalah memajukan dusunmu, Jembatan, jalan raya, beringin, bangunan dan candi supaya
dibina. Terutama dataran tinggi dan sawah,
agar tetap subur, peliharalah,”
-
Tandaan : Adalah jenis seni-budaya yang lazim
diadakan oleh pembesar kerajaan Majapahit.
Dalam Negarakretagama pupuh 91 bagian
1, disebutkan : “Pembesar
daerah ingin membadut dengan para lurah, Diikuti lagu, sambil bertandak memilih pasangan, Solah tingkahnya
menarik gelak, menggelikan pandangan,”.
Dari
fakta yang ditemukan di kawasan Lembupeteng bila dipadukan dengan uraian yang
tersurat di dalam kitab Negarakretagama terdapat kesesuaian bahwa kawasan
Lembupeteng Karangkates menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat pembesar
Majapahit.
3. Analisa nama Lembu peteng menurut
Kitab Pararaton
Lembu
Peteng adalah salah seorang pahlawan pejuang Kerajaan Majapahit, anak dari Arya
Wiraraja Adipati Sumenep yang banyak jasanya dalam awal pendirian Kerajaan
Majapahit. “(anak Wiraraja yang bernama Nambi, Peteng (yang dimaksud adalah Lembu Peteng) dan Wirot (yang dimaksud adalah Wirot Made), semua prajurit baik,
melawan tentara Daha di bagian utara itu, dikejar diburu oleh Raden
Wijaya”.(Pararaton bagian 5 ).
Bersama
Gajahmada dan kawan-kawan, Lembu Peteng ikut berjuang memadamkan berbagai pemberontakan
di Majapahit. Atas jasa-jasanya Lembu Peteng diangkat menjadi Tumenggung. Dalam
kitab Pararaton bagian 9 disebutkan : “
Tindakan Unsur Lihat Daging, atau: 1256. (1334 M). Setelah Kembar
kembali dari Sadeng, lalu menjadi bekel araman, Gajah Mada menjadi Angabehi,
Jaran Baya, Jalu, Demang Bucang, Gagak Nunge, Jenar dan Arya Rahu mendapat
pangkat, Lembu Peteng menjadi Tumenggung.”
4. Kisah Lembupeteng antara Legenda dan Sejarah.
Dalam babat Tulungagung dikisahkan
bahwa Lembupeteng adalah seorang Pangeran dari Majapahit yang sedang berguru
kepada Kyai Pacet seorang guru olah kanuragan yang mumpuni di dukuh Bonorowo,
dekat Campurdarat Tulungagung. Kyai Pacet mengajarkan ilmu Joyokawijayan,
mempunyai murid-murid pilihan diantaranya :
1). Pangeran
Kalang dari Tanggulangin.
2). Pangeran
Bedalem dari Kadipaten Betak Tulungagung.
3). Menak
Sopal dari Kadipaten Trenggalek.
4). Kyai
Kasanbesari Tua-Tua dukuh Tunggulturus Tulungagung.
5). Kyai
Singorataruno dari dukuh Plosokandang.
6). Kayi
Sendang Gumuling dari desa Bono.
7). Pangeran
Lembu Peteng putra Majapahit (termasuk murid baru).
Dalam suatu pertemuan dengan
murid-muridnya, kyai Pacet menyindir adanya murid yang membuka perguruan tetapi
sayang tanpa pamit kepadanya. Seketika salah seorang murid yang merasa berbuat
tersebut meninggalkan pertemuan tanpa pamit, mereka adalah kyai Kasan Besari.
Selanjutnya Kyai Pacet menyuruh dua orang muridnya yaitu Pangeran Kalang dan
Pangeran Bedalem untuk menasehati Kyai Kasan Besari agar menyadari diri dan mau
kembali ke Bonorowo untuk tetap menjadi murid dari Kyai Pacet. Apa sebab Kyai
Pacet menunjuk kedua murid tersebut, karena ia mengerti bahwa Pangeran Kalang
dan Pangeran Bedalem dengan diam-diam juga menjadi muridnya Kyai Kasanbesari.
Dengan keberangkatan dua orang utusan tersebut maka Kyai Pacet berpesan pada
murid-murid lainnya supaya mereka mau tetap di Bonorowo untuk melanjutkan
pelajarannya.
Kyai Kasanbesari yang tersinggung
dan masih dalam keadaan marah terhadap gurunya. Kedatangan dua orang utusan
dari Bonorowo yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem malah memanaskan suasana.
Dalam pembicaraannya Pangeran Bedalem menyatakan netral tidak akan mencampuri
urusan Kyai Kasanbesari dan Kyai Pacet, dan dia terus pulang ke Betak.
Sebaliknya Pangeran Kalang malah membakar Kyai Besari untuk diajak berontak dan
membunuh gurunya.
Dalam Suatu Pertempuran Dengan Kyai
Pacet, Kyai Kasan besari dan Pangeran Kalang kalah dan berpencar melarikan
diri. Berikutnya murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru dengan
dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Dari sinilah awal timbulnya permusuhan antara Pangeran
Lembu Peteng dengan Pangeran Kalang dan Kyai Kasan Besari.
Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan
teman-temannya dapat berjumpa dengan Kyai Besari dan Pangeran Kalang. Timbullah
pertempuran tak seimbang. Dalam pertempuran itu Kyai Besari melarikan diri ke
Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar terus oleh Pangeran Lembu Peteng.
Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak.
Saat itu puteri Pangeran Bedalem bernama Roro Kembangsore sedang berada di
Tamansari. Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang
bersembunyi di situ, karena Pangeran Kalang masih pernah pamannya (saudara dari
Ayahnya). Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari
Pangeran Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro
Kembangsore. Puteri Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi
disitu. Pangeran Lembu Peteng tertarik akan kecantikan sang putri dan Roro
Kembangsore mengimbanginya.
Ketika kedua merpati tersebut
sedang dalam langen asmara, maka Pangeran Kalang yang bersembunyi di tamansari
itu dapat mengintip dan mengetahui bagaimana tindakan kemenakannya terhadap
Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam Pangeran Kalang masuk ke dalam
Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada kakaknya ialah Pangeran
Bedalem. Setelah mendengar pelaporan dari adiknya, menjadi marah sekali, terus
pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran
Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri bersama dengan Roro
Kembangsore, tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem. Kyai Besari
melanjutkan perjalanannya. Ia berjumpa dengan Pangeran Bedalem yang sedang
mengejar Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Bedalem menceritakan tentang
peristiwanya dengan Lembu Peteng dan Kyai Besari bersedia membantunya. Keduanya
segera pergi mencari Pangeran Lembu Peteng yang lari bersama-sama Roro
Kembangsore.
Pada waktu Pangeran Lembu Peteng
dan Roro Kembangsore sedang beristirahat di tepi sungai, datanglah Kyai Besari
dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat tertangkap dan dibunuhnya.
Jenazahnya dibuang ke dalam sungai. Roro Kembangsore dapat meloloskan diri
terus lari. Punakawan dari Pangeran Lembu Peteng setelah mengetahui peristiwa
terbunuhnya Pangeran yang menjadi momongannya itu memberitahukan kepada Kyai
Pacet. Kyai Pacet segera mengirimkan utusan, ialah Adipati Trenggalek dengan
diikuti oleh bekas punakawan Pangeran Lembu Peteng untuk mengadakan pelaporan
ke Mojopahit. Dalam perjalanannya mereka bertemu dengan Perwira Mojopahit
bersama dengan Pangeran Suka yang ketika itu mendapat tugas dari Raja untuk
mencari putra yang meninggalkan kerajaan tanpa pamit, ialah Pangeran Lembu
Peteng. Adipati Trenggalek menceritakan hal ikhwal tentang terbunuhnya Pangeran
Lembu Peteng. Setelah mengerti prosesnya maka Perwira Mojopahit tersebut ingin
membuktikan tempat kejadian itu bersama-sama dengan wadyabalanya.
Meskipun diadakan pengerahan tenaga
untuk mencarinya, namun jenazah Pangeran Lembu Peteng tak dapat diketemukan.
Sungai dimana jenazah Pangeran Lembu Peteng dibuang oleh Perwira Mojopahit
diberi nama Kali Lembu Peteng.
5. Analisa Kawasan Lembupeteng berdasarkan perpaduan buku
sejarah, legenda dan fakta lapangan.
a. Lembu Peteng adalah merupakan sosok Pangeran
Mojopahit, hal ini dapat dibenarkan karena dalam kitab Pararaton juga
disebutkan bahwa Pangeran Peteng adalah putra dari Arya Wiraraja adipati
Sumenep. Pada masa rajanya R.Wijaya, Arya Wiraraja juga seorang penguasa separo
Kerajaan Majapahit bagian timur, meliputi Malang, Pasuruan, Lumajang dan lain-lain.
b. Pangeran Lembupeteng memperisteri Roro Kembangsore
yang cantik jelita puteri Adipati Betak, hal ini juga masuk akal karena Lembu
Peteng adalah seorang Pangeran berpangkat Tumenggung, sehingga wajar jika pada
masa itu ia beristeri wanita cantik puteri seorang Adipati. Ada derajat/kasta
yang setara antara Lembu Peteng dengan Adipati Betak.
c. Kematian Lembu Peteng karena dibunuh ada benarnya
karena sesuai dengan yang tersurat dalam kitab Pararaton bagian 9 sebagai berikut :
“ Pada waktu itu para menteri sedang lengkap
duduk menghadap di balai penghadapan. Kembar
memperolok olok Gajah Mada dengan menyebut kesalahan kesalahan dan kekurangan
kekurangannya, dan menumpahkan telempak, Ra
banyak ikut serta menambah
mengemukakan celaan celaan. Jabung Terewes, Lembu Peteng tertawa. lalu Gajah Mada turun
mengadukan soal itu kehadapan batara di Koripan, baginda marah, kemarahan dan
penghinaan ini disampaikan kepada Arya Tadah. Dosa Kembar telah banyak, Warak
dilenyapkan, tak dikatakan pada Kembar, mereka mati semua.”
Dengan kata lain Lembu Peteng diduga mati tidak lama
setelah menjabat sebagai Tumenggung, kematian Lembu Peteng karena dibunuh
secara rahasia oleh Arya Tadah, atau oleh orang-orang suruhan Arya Tadah karena
telah mempermalukan Gajahmada saat di dalam balai penghadapan yang dihadiri lengkap
para pembesar kerajaan.
d. Tentang cerita
adanya perbuatan tak senonoh Roro Kembangsore dengan Lembu Peteng waktu berada
di Tamansari yang oleh Pangeran Talang dan disampaikan kepada Kyai Bedalem
(ayah Roro Kebangsore) kemudian terjadi pertempuran antara Kyai Bedalem dengan
Lembu peteng, dan Roro Kembangsore bersama Lembupeteng melarikan diri. Cerita
ini tampak janggal, yang lebih rasional ialah, antara Lembu Peteng dan Roro
Kembangsore saling suka menyukai, dan telah mendapat restu Kyai Bedalem. Sedang
segala upaya yang diusahakan oleh orang-orang Arya Tadah adalah membuat fitnah
sebagai alasan untuk membunuh Lembu Peteng.
e. Bukti lain
yang patut diperhitungkan adalah adanya nama Sumber Pacet di areal lokasi Lembu
Peteng yang sama dengan nama guru Lembu Peteng (kyai Pacet), ada dugaan bahwa
sumber tersebut sering dikunjungi kyai Pacet. Sayangnya sumber tersebut kini telah
terbenam Waduk Lahor.
f. Jasad Lembu
Peteng dibuang di sebuah sungai dan hingga kini sungai itu disebut Kali Lembu
Peteng, hal itu ada benarnya karena Jasad Lembu Peteng tak pernah ditemukan,
dan upaya tentara Majapahit mengubeg-ubeg kali tersebut untuk mencari jasad
Lembu Peteng merupakan peristiwa luar biasa bagi penduduk sepanjang kali itu,
sehingga nama Lembu Peteng melegenda menjadi nama kali tersebut.
g. Tradisi Bari’an yang dilakukan turun-temurun oleh
warga sekitar Lembu Peteng. Dahulu kala Ki Sapu Jagad (Bupati Malang ke 3) melalui
isterinya selalu mandegani acara tradisional Bari’an disini. Hal ini
mengindikasikan bahwa masih ada hubungan keluarga dekat antara Lembu Peteng
dengan Ki Sapujagat dan merupakan petunjuk bahwa kawasan ini pernah menjadi
tempat tinggal Lembu Peteng.
h.
Kampung
Purworejo : (Purwo= Kawitan. Rejo=Rame). Dari nama itu dapat diambil intisari maknanya
bahwa tempat ini adalah awal ramainya kawasan Sumberpucung. Hal ini dapat
dijadikan petunjuk bahwa ramainya tempat ini karena adanya pusat kegiatan
pemerintahan Ketemenggungan.
6. Kesimpulan tentang Kawasan Lembupeteng.
Dari uraian
tersebut di atas pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Lembu Peteng adalah seorang Pangeran Majapahit putra
Arya Wiraraja.
b. Lembu Peteng adalah seorang pejabat Kerajaan Majapahit
berpangkat Tumenggung;
c. Kawasan Lembu
Peteng yang terletak di Desa
Karangkates, Kecamatan Sumberpucung merupakan pusat pemerintahan Katemenggungan.
d. Belum begitu lama menjabat Lembu
Peteng mati dibunuh secara rahasia oleh orang-orang suruhan Arya Tadah akibat
memperolok-olok Gajahmada di hadapan pasamuan yang dihadiri lengkap oleh
pembesar kerajaan.
e. Lembu Peteng mempunyai isteri bernama “Roro
Kembangsore”
f. Jasad Lembu Peteng di buang dikali Tulungagung
jasadnya hilang tak diketemukan, dan sungai tempat membuang jasad itu dinamakan
Kali Lembupeteng.
g. Nama Lembu Peteng juga dijadikan nama Gelanggang
Olahraga di Tulungagung.
h. Di masa abad ke 13 kawasan Lembu
Peteng merupakan awal ramainya perkampungan di Sumberpucung yang ditandai
dengan adanya kampung “Purworejo” bagian Kawasan Lembupeteng, ramainya
perkampungan ini karena sebagai Katemenggungan.
7. Penutup.
Ketelatenan, ketelitian, kejelian,
kecermatan, ketekunan dan kerja keras semata yang pada akhirnya dapat menguak
adanya situs Lembu Peteng yang misterius dan Legendaris ini. Penulis berharap
dengan terkuaknya Situs Lembu Peteng ini dapat memberi pencerahan kepada
segenap masyarakat Sumberpucung khususnya dan dunia pendidikan sejarah lokal pada
umumnya, bahwa Kawasan Lembu Peteng adalah bekas Katemenggung, bukan bekas
adanya tanaman Lumbu yang tumbu ditempat gelap, atau adanya Sapi yang
hilang di kegelapan rimbunnya pepohanan. Namun penulis tetap berharap bahwa
pada suatu ketika ditemukan benda purbakala yang dapat memberikan petunjuk
tentang gambaran sejarah Kecamatan Sumberpucung masa lalu.
Dan bagi warga
yang kebetulan menyimpan benda-benda purbakala atau secara tak sengaja
menemukannya, sudilah kiranya melaporkannya ke Kepala Desa setempat untuk
diteruskan kepada pihak yang berwenang.
Kiranya demikan uraian penulis tentang Lembu Peteng, semoga bermafaat bagi pengetahuan dan wawasan anda. Bila ada kurang dan lebih mohon dimaafkan.
Kiranya demikan uraian penulis tentang Lembu Peteng, semoga bermafaat bagi pengetahuan dan wawasan anda. Bila ada kurang dan lebih mohon dimaafkan.
ooooo000ooooo
line out
v
Meski
usia menapak 744 bulan, penyanggah badan tak kuasa menahan beban, namun hati tak
hendak duduk berpangku tangan, mengunggah sastra karya sejarah yang terabaikan,
tak mengapa berkorban rasa meski ditertawakan.
v Meski tak semahir pujangga menggubah
cerita, canggung tinggal di lorong rumah tua, terdorong cinta bakti kepada
karya, berujar lega dapat bertutur cerita langka.
v Tak jarang datang gundah gulana hati,
mendengar ujar tak manis dari jiwa yang tak mengerti, menyentak karsa berkarya teliti,
semata demi pengabdian sejati.
v
Bila
butuh telah terlaksana, teman karib
dan orang budiman meningggalkan pencerita, tanpa rasa tanpa kata, bagai busana
beraroma nista, purna pakai lempar ke ....... (terserah anda).
v Apa guna mengenal ajaran kasih, jika tak diamalkan
dengan hati yang jernih, mari berdaya dengan penuh gigih, tekun dalam ibadah
sorga diraih.
----------!!!----------
Dikutib dari berbagai sumber.
Dirangkum, diulas dan dianalisa secara
Logis/rasional/cermat oleh :
Denmbahbei,
awal Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar