SEJARAH TARI/WAYANG TOPENG MALANGAN
Topeng Malangan kini sudah semakin terkenal, namun siapa-siapa pelaku sejarah yang mempopulerkan Tari/Wayang Topeng Malangan belum banyak diketahui orang. Memang ada beberapa sejarawan yang berusaha menggali sejarah perkembangan Tari/Wayang Topeng Malangan, ini patut diapresiasi, tetapi penggalian mereka masih belum terlalu dalam keberangkatan awal pembahasannya, hal ini mungkin karena keterbatasan bukti-bukti peninggalan sejarah yang dijadikan reverensi, akibatnya bagi pembaca pemula menyangka bahwa Topeng Malangan ini adanya dimulai dari Kedungmonggo Pakisaji yang dipopulerkan oleh “mbah Karimun”, kemudian menyebar ke wilayah lainnya.
Selanjutnya tulisan ini dibuat agar menambah
wawasan bagi pemerhati sejarah Tari/Wayang Topeng Malangan yang kita cintai
ini.
Dari penelusuran ke beberapa tokoh Topeng
Malangan di Kecamatan Sumberpucung didapat keterangan bahwa jauh sebelum mbah Karimun
(Kedungmonggo Pakisaji) mempopulerkan Topeng Malang, ternyata di Desa Senggreng
Jatiguwi, Sambigede dan Turus Ternyang telah lebih dulu ada perkumpulan atau
kelompok Wayang Topeng. Menurut beberapa sumber tokoh Topeng Malangan, ternyata
Tari Topeng Malangan awal mulanya berasal dari Desa Senggreng Kecamatan
Sumberpucung. Dalam hal ini mendiang bapak Katam AR (tokoh budayawan Malang)
pernah berkunjung ke Senggreng menemui beberapa pelaku sejarah/sesepuh Topeng
Malangan yang masih hidup, beliau menelusuri sendiri sejarah Topeng Malangan di
Senggreng. Dari sini terkuak bahwa, menurut beberapa tokoh tersebut perkembangan
sejarah Tari Topeng Malangan berasal dari Senggreng dan Jatiguwi. Awal mulanya pada
sekitar tahun 1890 terdapat tokoh bernama Tuan Kusen dan Tuan Yansen warga
Belanda yang bertempat tinggal di Dusun Jatimulyo (Kebon Klopo) Desa Jatiguwi
Kecamatan Sumberpucung. Mereka ahli menari Tari Topeng, pada saat itu Tuan
Kusen ketika menari menjadi Tokoh Gunungjati, dan Tuan Yansen membawakan tokoh Potrojoyo.
Mereka mempunyai 2 (dua) orang Kacung-kacung (pembantu) yaitu Pak Seno dan Pak
Madrim yang berasal dari Desa Senggreng Kecamatan Sumberpucung.
Lama menjadi pembantu pada orang kedua orang
tersebut, Pak Seno dan Pak Madrim turut belajar menari Topeng sampai ahli
melebihi gurunya. Karena keahlian itulah, istri dari Tuan Kusen bernama Supiani
jatuh hati kepada Pak Seno. Yang kemudian oleh Pak Seno dan Ny. Supiani kawin lari
meninggalkan desa Senggreng dan Jatiguwi. Mereka bersembunyi di daerah Sundeng,
Malang (sebelah timur Rampal). Dalam pelariannya itu mereka membawa 16 karakter
topeng, dan karena situasi yang tidak memungkinkan, maka Pak Seno menitipkan
topeng-topeng tersebut kepada Pak Reni, di Polowijen, Malang. Kemudian oleh Pak
Reni karena beliau juga suka terhadap topeng, akhirnya karakter topeng
ditambahkan menjadi 62 karakter wajah, yang nantinya dibuatkan juga koreografi
tarian oleh Pak Seno.
Setelah keadaan kondusif, Pak Seno kembali ke
Desa Senggreng, yang selanjutnya demi melestarikan seni Tari Topeng, beliau
sebagai generasi pertama mengajarkan Tari Topeng tersebut langsung kepada
generasi berikutnya diantaranya:
1.
Generasi Kedua
Pak Kugur (Jatiguwi), Pak Abas (Jatiguwi), Pak Wiji (Kalipare),
Pak Sakup (Senggreng), Pak Sahul (Ternyang), Pak Tro Karun (Senggreng) dan Pak
Setro Saman yang berasal dari Kedungmonggo, Pakisaji, dimana beliau adalah
ayahanda dari Mbah Karimun sang Maestro Topeng Malang yang sudah terkenal.
2.
Generasi Ketiga
Pak Parsan (Senggreng), Pak Slamet (Senggreng), Pak Gisan
(Senggreng), Pak Radi (Senggreng), Pak Reman (Senggreng), Pak Jimun
(Senggreng), Pak Kastawi (Senggreng), Pak Remat (Senggreng), Pak Rejo
(Senggreng), Mbah Carik Darmo (Senggreng), Yai Takim (Senggreng), Pak Cawek
(Senggreng)
3.
Generasi Keempat
Pak Gayat (Senggreng), Pak Gini (Senggreng), Pak Satemin
(Senggreng), Pak Sangsang (Senggreng), Pak
Watiru (Senggreng), Pak Rantam (Senggreng), Pak Ngarmun Gotel (Senggreng),
Pak Muadi (Senggreng), Pak Muaram (Senggreng), Pak Sidik Tukang (Senggreng),
Pak Sanu (Surabaya), Pak Radi
(Senggreng), Pak Tasrip Kuwowo (Senggreng), Pak Samadi (Senggreng), Pak Samuri
Bayan (Senggreng),
4.
Generasi Kelima
Pak Suep Blakijo (Sambigede), Pak Saimun (Sambigede), Pak Jari
Bancet (Senggreng), Pak Sambi (Sambigede), Pak Pandri (Sambigede), Pak Kasbun
(Sambigede), Pak Setro Gimin (Sambigede), Pak Sauri (Sambigede), termasuk Mbah
Karimun (Kedungmonggo) masuk generasi ini.
5.
Generasi Keenam
Pak Kuseman (Turus), Pak Takim Kamituwo (Sambigede), Pak Samuri (Senggreng),
Pak Tasimun (Sambigede), Pak Juair (Sambigede), Pak Meseno (Sambigede), Pak
Kamdani (Sambigede), Pak Wadri (Sambigede), Pak Buwono Bucal (Jatiguwi), Pak
Madyo (Jatiguwi)
6.
Generasi Ketujuh
Pak Slamet Kepetengan (Rancah), Pak Gampang (Rancah), Pak Slamet
Mendol (Rancah), Pak Ngadi (Rancah), Pak Paimo (Rancah),
7.
Generasi Kedelapan
Pak Bardjo Jiono (Jambuwer), beliau bersama 2 rekannya mempelajari
Tarian Gunungsari dan Klono pada sekitar Tahun 1965. Setelah masa tersebut
tidak ada lagi sumber yang menceritakan bahwa Pak Seno menerima murid lagi,
jadi Pak Bardjo Jiono beserta 2 rekannya merupakan murid terakhir, sejak itu perkembangan Tari Topeng di Kecamatan
Sumberpucung mengalami masa suram, grup-grup Tari Topeng yang ada di Senggreng
dan Jatiguwi mati suri. Namun sebagian penari-penarinya tetap aktif menjadi
penari Topeng membantu pada grup di tempat lain yang masih hidup, seperti di
Kedungmonggo, Jabung dan lain-lain. Pak Seno meninggal dunia pada Tahun 1976.
8.
Generasi terkini
Mbah Madyo yang dari kecil sudah menekuni Topeng Malangan dengan sanggar Tari “Madyo Laras”nya
dengan konsisten terus menerus melatih baik Pedalangan, Karawitan maupun Tari Topeng Malangan, namun diakui gebyarnya kalah dengan Mbah Karimun (Kedung Monggo) , pada hal secara kualitas tidak kalah. Pada tahun 2003 Pak Madyo meninggal dunia, selanjutnya sanggar dilanjutkan oleh putranya (Susilo Hadi) dan muridnya (Heri Supriyanto). Dan kini di Desa Jatiguwi terdapat 2 (dua) Sanggar Tari Gagrak Malangan dan
Topeng Malang yaitu : Sanggar Seni Madyo Laras dan Sanggar Seni Amisandi. (Profil Sanggar Tari Madyo
Laras dan Amisandi terlampir).
Demikian sejarah Tari Topeng Malangan yang menjadi
tarian khas Kabupaten Malang.
Denmabahbei, 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar