JAS MERAH ( Jangan sekali-kali
melupakan sejarah), Bung Karno.
Jangan melupakan sejarah, karena sejarah
masa lalu berkait pula dengan keadaan masa selanjutnya. Sejarah masa lalu yang
indah, akan menurunkan generasi yang indah. Masa lalu yang kelam, akan menurun
generasi yang suram, ibarat pepatah : Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya,
pohon yang sehat akan menghasilkan buah yang sehat pula, Kacang ora bakal ninggal lanjaran, Polah bopo koyo semprul polah atmojo
ora bakalan mujur.
Sejarah panjang Desa Jatiguwi
amat menarik untuk ditelusuri sampai sejauh mungkin yang bisa digali. Ditengarai
bahwa Jatiguwi adalah desa kuno, hal ini terindikasi adanya beberapa peninggalan benda purbakala berupa Arca
Durgandini di Dusun Mentaraman (ditengarai terdapat sebuah candi),
Cerita sejarah Desa Jatiguwi yang
ada saat ini dan biasa dibacakan pada acara Bersih Desa, yakni: “Udar Gelung”,
dinilai perlu diperbaiki kembali karena isi pembahasan sejarahnya kurang jauh
kebelakang sampai dengan jaman Mojopahit maupun pada zaman Mataram pasca
keruntuhan Majapahit, pada hal potensi untuk menggali sejarah itu ada. Cerita
sejarah yang ada saat ini sepertinya baru pada pasca kekalahan Pangeran Diponegoro
dalam perang jawa tahun 1825-1830 M kemudian banyak pengungsi datang ke Jatiguwi
dalam kisaran tahun 1850-an M. Sedangkan makam mbah mBodo ditengarai ada sejak
abd ke 16, belum lagi temuan arca di Dusun Mentaraman diperkirakan pada masa
Majapahit abad 13.
Pada umumnya semua desa
berkeinginan memiliki cerita sejarah yg akurat dan dibukukan, tetpi upaya untuk
menyusun sejarah desanya secara akurat hanya retorika belaka, tidak ada upaya
yang serius dengan membentuk tim penggali sejarah desa yang diperkuat dengan dana
anggaran yang memadai untuk penelitian sejarah desa. Sebagai hasil dari
ketidak-seriusan penelitian sejarah desa ini, yang didapat adalah hanya sebatas
asal-usul nama desa yang digali dengan jurus OAG (Otak Atik Gatuk), dan nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di
desa tersebut.
Secara kasar bahwa Desa Jatiguwi sudah
ada sejak jaman Majapahit, dalam kitab Negara kretagama pernah disebut adanya nama “Jatikuti” sebagai desa yang
dibebaskan dari upeti tapi berkewajiban membina tempat pemujaan (Candi) tahun
1356-1387 M, Masuknya orang orang Mataram thun 1613 M yang di bawah Tumenggung
Surontani awal adanya Dusun Mentaraman, kehadiran pengungsi anak buah
Diponegoro 1830 M < , pembangun Sungai Molek dan kehadiran orang-orang dari
Tulungagung ke Dusun Jatimulyo, pembentukan Desa Jatiguwi dengan SK Pemerintahan Hindia Belanda
berkisar tahun 1911-1924 M. Kehadiran orang Mataram di Singodrono, hingga masa
penjajahan Jepang, masa Kemerdekaan, hingga saat ini.
Di samping itu sejarah perkembangan
Seni Budaya di Desa Jatiguwipun dapat di telusuri, seperti Tari Topeng, Wayang
Kulit, Langen Besan, (kesenian yang berkembang sejak jaman Mojopahit), Kesenian
Kuda Lumping (dari Tulungagung), dan lain sebagainya.
Betapa hebatnya Desa Jatguwi jika
memiliki buku sejarah yang akurat dan dicetak dalam buku sejarah desa, sehingga
dapat dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat baik kalangan pelajar maupun
masyarakat umum. Dengan demikian maka masyarakat Jatiguwi patut berbangga hati
setelah mengetahui jatidiri desanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar